A. Tragedi Saling Membunuh Terhadap Bangsa dan Saudaranya Sendiri
Benih-benih paham komunis dibawa oleh seorang berbangsa Belanda bernama H. J. F. M. Sneevliet. Ia bersama J. A. Brandsteder, H. W. Dekker, dan P. Bergsma menanam benih paham komunis di Indonesia. Benih itu tumbuh dan membentuk suatu organisasi bernama ISDV (Indishe Social-Democratische Vereniging). Mereka berhasil mendidik kader komunis kepada pemuda Indonesia bernama semaoen dan Darsono.
Pada saat itu, SI (Sarekat Islam) merupakan salah satu Organisasi yang berkembang pesat di Indonesia. Sneevliet, dengan segala keahlianya, dapat menyusupkan anggota ISDV ke dalam SI. Pada kongres ISDV VII tanggal 23 Mei 1920, ISDV diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia Belanda (Indonesia). Pada kongres itu Semaoen terpilih menjadi ketua, dan Darsono menjadi wakil ketua. Pada kongres Nasional VI Si bulan Oktober 1921, komunis yang dimotori Semaoen dan Tan Malaka ingin mengendalikan kongres. Namun, upaya itu digagalkan oleh H. Agus Salim (tokoh SI modern). Bahkan secara tegas H. Agus salim menolak keberadaan komunis di dalam tubuh SI. SI terpecah menjadi SI merah yang beraliran komunis dan SI putih yang menentang komunis. SI merah mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat. Kongres Perserikatan Komunis di Hindia Belanda pada bulan Juni 1924 di Yogyakarta, mengambil keputusan untuk melebur sarekat Rakyat kedalam PKI. Tokoh-tokoh PKI saat itu adalah Semaoen, Darsono, Alimin, Tan Malaka, dan Musso.
Dalam waktu singkat, PKI tumbuh menjadi besar. Karena kebesaranya itu pula PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda pada tahun 1926-1927. Pemberontakan dapat ditumpas oleh Belanda. Para pemimpin PKI dan pengikut-pengikutnya ditangkap dan dibuang ke Tanah Merah, Digul Atas, Irian Jaya (papua). Para pemimpin PKI yang tidak tertangkap melarikan diri keluar negeri. Akibat pemberontakan itu, pemerintah Belanda melakukan tekanan kepada organisasi-organisasi lain yang ada saat itu. Sepuluh tahun kemudian, seorang tokoh PKI yang lari keluar negeri kembali ke Indonesia. Ia bernama Musso. Ia bersama teman-temanya mendirikan PKI Ilegal,pada tahun 1935. Namun, pada tahun 1936, musso sudah meninggalkan Indonesia lagi. Paham komunis itu tidak laku di Indonesia. Lalu mereka menyalurkan paham komunis melalui Gerakan rakyat Indonesia (Gerindo). Tokoh Gerindo tersebut bernama Amir Syarifudin. Pada bulan Agustus 1948, Musso kembali keindonesia. Kemudian musso bersama Amir syarifudin menata kembali organisasi PKI.
Pada tanggal 1 september 1948, Comite central Partai Komunis Indonesia (CCPKI) terbentuk. Musso menjadi ketua dan Amir Syarifudin Menjadi Sekretaris Urusan Pertahanan, Suripno memegang Urusan Luar Negeri, MH. Lukman memimpin sekretariat Agitasi dan Propaganda, DN. Aidid memimpin Urusan Perburuhan, dan Nyoto menjadi wakil PKI dalam badan pekerja KNIP. Mereka mengadakan rapat-rapat raksasa di berbagai daerah. Aksi-aksi kerusuhan muncul di kota Solo. PKI melakukan aksi teror, penculikan, dan pembunuhan. Pada tanggal 18 September 1948, tokoh-tokoh PKI mempoklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia di Madiun. Sejak saat itu, pecahlah pemberontakan PKI di Madiun. Dengan adanya pemberontakan itu, pemerintah mengambil tindakan untuk menumpasnya. Dengan gerakan operasi militer I, pada tanggal 30 September 1948. Pada tanggal 4 Desember 1948 Musso tertembak mati. Beberapa minggu kemudian, Amir Syarifudin, Suripto, Sarjono, Harjono, dan tokoh-tokoh lainya juga terbunuh. Tokoh-tokoh PKI yang berhasil melarikan diri antara lain Abdul Madjid, Alimin, Ngadiman, DN. Aidit, dan Nyoto. Tindakan hukum untuk organisasi PKI dan para pemimpinya tidak dapat dilakukan karena Pemerintah Indonesia sibuk menghadapi Agresi Militer Belanda ke-2 pada 19 Desember 1948.
PKI tidak jera. Setelah situasi aman. Tokoh-tokoh PKI yang kabur keluar negeri kembali ke Indonesia lagi. Mereka menyusun kekuatan dengan strategi baru. Mereka menguasai kaum buruh. Mereka menggalang kekuatan di desa-desa kaarena 80% penduduk Indonesia berada di desa. Mereka melakukan penyusupan ke tubuh-tubuh organisasi yang ada. PKI menyusup kedalam organisasi tani, yaitu BTI (Barisan Tani Indonesia), yang kala itu dipimpin oleh Sajarwo dari PNI. Kemudian, BTI menjadi ormas PKI. Mereka menarik simpati para petani dengan mencanangkan “ ganyang setan-setan desa “. Setan-setan desa yang dimaksud adalah tuan tanah, lintah darat, tengkulak, pengijon, kapitalis birokat, bandir desa, dan pemungut zakat. Rakyat tergiur oleh propaganda PKI tersebut. PKI juga menyusup kedalam tubuh ABRI, Partido, PWI, dan PGRI. Tokoh PKI yang terkenal saat itu bernama DN. Aidit, yang terpilih menjadi ketua partai pada tahun 1951. PKI semakin mengukuhkan dirinya menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia. Agritasi dan propaganda DN. Aidit sangat manjur. Bahkan, saat pemilihan umum tahun 1955, PKI menduduki urutan ke-4 dalam perolehan suara
Sepuluh tahun kemudian, tahun 1964, PKI merasa dirinya partai terkuat. Pada tahun 1964 itu pula PKI membentuk biro khusus, langsung dibawah komando DN.Aidit. Anggota biro khusus tersebut adalah Sjam Kamaruzaman, Pono (Soepono Marsudidjojo), Bono (waluyo). Biro khusus tersebut mencanangkan gerakan-gerakan dan menyusun kekuatan dengan pelatihan dibidang kemiliteran. PKI berencana mengambil alih kekuasaan pemerintahan Indonesia. Sejak tanggal 6 September Biro Khusus PKI itu mengadakan rapat rahasia. Dalam rapat rahasia, Biro Khusus PKI itu membicarakan keadaan Presiden Soekarno yang sedang sakit, dan ide Sjam untuk melontarkan isu ”Dewan Jenderal”. Dalam isu dewan jenderal itu adalah adanya rencana kudeta yang dilakukan dewan jenderal. Dan, PKI ingin mendahului kudeta tersebut. Rapat terakhir berlangsung pada 29 September 1965, dan menetapkan bahwa kudeta akan dilaksanakan hari kamis malam 30 September 1965. selanjutnya, mereka memberi nama dengan ”Gerakan 30 September” (terkenal dengan sebutan G 30 S/PKI, atau Gestapu/PKI)
Gerakan fisik militer dalam kudeta yang dilakukan PKI itu dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyion I Resimen Cakrabirawa (pasukan pengawal presiden), sebagai pemimpin seluruh gerakan. PKI dengan konando Letkol Untung itu memulai gerakannya pada 1 Oktober 1965 dini hari, dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi dan seorang perwira pertama angkatan darat. Mereka adalah sasaran utama G 30 S/PKI. G30 S/PKI ingin melumpukan kekuatan TNI yang tidak sepaham dengan PKI. Para Perwira diculik dari kediamanya. Para perwira tersebut adalah :
1. Letnan jenderal Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto
3. Mayor Jenderal Haryono mas Tirtodarmo
4. Mayor Jenderal Soewondo Parman
5. Brigadir Jendral D.I. Pandjaitan, dan
6. Brigadir Jenderal Soetoyo Siswomiharjo
Selain para perwira diatas, ada beberapa prajurit juga menjadi korban G 30 S/PKI. Mereka adalah Letnan Satu Pierre Tendean dan Pembantu Letnan Polisi Karel Satsuit Tubun. Lettu Pierre Tendean gugur ketika para penculik mendatangi rumah Jenderal A.H. Nasution. Ketika itu, dalam kegelapan para penculik mengira bahwa Lettu Pierre Tendean itu Pak Nasution. Para penculik mendapat perlawanan dari pembantu Letnan Polisi Karel Satsuit Tubun (K.S. Tubun). Waktu itu, K.S. Tubun menjadi pengawal rumah wakil perdana menteri II Dr. J. Leimena. Yang rumahnya berdekatan dengan rumah A. H. Nasution . K. S. Tubun juga tewas ditangan G 30 S/PKI. Namun putri Jenderal A. H. Nasution, yaitu ade Irma Suryani Nasution meninggal akibat penembakan yang dilakukan para penculik. Para perwira yang diculik itu dibawa ke desa lubang buaya. Mereka disiksa dan dibunuh oleh pemuda rakyat dan gerwani, kemudian dimasukkan kedalam sebuah sumur tua lalu ditimbun dengan sampah dan tanah. Korban penculikan dan pembunuhan itu kemudian ditemukan pada tanggal 3 Oktober 1965, didalam sebuah sumur berdiameter 1 meter dengan kedalaman 12 meter.selanjutnya, pada tanggal 5 Oktober 1965, para jenazah pahlawan itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
B. Usaha Pemerintah dan Bangsa Indonesia dalam Menumpas G 30 S/PKI
Rakyat dan bangsa Indonesia sepakat bahwa gerakan 30 september adalah usaha PKI dalam melakukan kudeta, mengambil alih kekuasaan pemerintah Republik Indonesia. G 30 S/PKI melakukan kudeta dimana-mana. Rakyat dan seluruh bangsa Indonesia melakukan penumpasan gerakan tersebut. Penumpasan G 30 S/PKI di Jakarta terjadi pada 1 Oktober 1965. penumpasan itu terutama dilakukan oleh pasukan RPKAD (Resimen Para Komando angkatan Darat). Gedung RRI dan gedung PN Telekomunikasi dapat direbut RPKAD. Penumpasan itu dikoordinir oleh Mayjen TNI Soeharto. Dalam waktu yang singkat, pemberontakan berhasil dilumpuhkan.
Peristiwa G30 S/PKI di Jawa Tengah adalah yang palig gawat selain dijakarta. Biro khusus PKI berhasil menyusup kedalam tubuh Kodam VII/Diponegoro. Mereka berhasil menguasai studio RRI Semarang. Mereka menguasai Kodam Diponegoro, dan menjadikan pusat operasi serakanya. Mereka mengambil alih pimpinan setempat didaerah-daerah. Sementara itu, Pangdam VII/Diponegoro Brigjen Suryosumpeno setelah mendengar pengumuman dari Letkol Untung, segera memanggil para stefnya untuk mengadakan pertemuan. Keputusan dalam pertemuan itu adalah upaya penumpasan pemberontakan. Operasi penumpasan mulai tanggal 2 Okteber 1965. G 30 S/PKI dapat ditumpas dengan cepat. Kota demi kota yang dikuasai PKI sapat direbut pasukan-pasukan Indonesia lagi. Operasipembersihan juga dilakukan dikota-kota yang gawat, terutama Surakarta, Klaten, dan Boyolali.
Dalam upaya pembersihan sisa-sisa G 30 S/PKI, pada tanggal 1 Desember 1965 dibentuk “Komando Operasi Merapi” yang dipimpin oleh komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edi Wibowo. Gembong-gembong PKI berhasil ditangkap pada 22 November 1965. penumpasan G 30 S/PKI di daerah-daerah luar Jakarta dan Jawa Tengah dilakukan dengan cara penangkapan terhadap tokoh-tokoh orpol dan ormas PKI. Rakyat Indonesia ketika itu, melalui para pemuda, pelajar, dan mahasiswa mulai melakukan berbagai aksi. Mereka itu adalah KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), bersama kesatuan aksi lainya bergabung dalam Front Pancasila. Mereka mendatangi DPR/GR. Mereka mengajukan Tri Tuntutan Hati Nurani Rakyat, atau lebih dikenal dengan sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Tiga tuntutan itu adalah :
1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI
3. Penurunan harga dan perbaikan ekonomi
Perkembangan selanjutnya, pelaksanaaan tuntutan diemban oleh Letnan Jenderal soeharto tanggal 12 Maret 1966, sehari setelah menerima Surat Perintah 11 Maret (SP 11 Maret/Supersemar).
C. Perwujudan Monumen Pancasila
G 30 S/PKI adalah gerakan pengkhianatan yang dilakukan gerakan 30 September atau partai Komunis Indonesia untuk merebut kekuasaan serta mengganti dasar negara yang sah dengan ideologi Komunis. Untuk mencapai tujuanya ini PKI tidak segan-segan menghalalkan segala cara seperti aksi sepihak, menyebar isu dewan jenderal, memecah belah PNI, bahkan menculik para Perwira karena tidak sepaham dengan Komunis. Karena ada kisah pemberontakan itu maka, dibuatlah sebuah monumen yang bernama Monumen Pancasila Sakti yang dibangun pada 1967. dalam monumen itu kita dapat melihat bagaimana kejadian-kejadian yang terjadi pada masa pemberontakan dulu yang divisualisasikan baik berupa relief pada museum maupun dalam bentuk diorama-diorama, serta melestarikan tempat-tempat yang ada hubunganya dengan pemberontakan.
Monumen Pancasila Sakti terbagi menjadi 3 bagian, yang pertama adalah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), Ruang Intro yang terdapat 3 Mozaik Foto yang masing-masing menggambarkan :
1. kekejaman-kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun
2. Penggalian jenazah korban keganasan PKI dalam gerakan 30 September 1965
3. Pengadilan gembong-gembong G 30 S/PKI oleh mahkamah militer Luar Biasa
Selain itu, dalam Museum Penghianatan PKI terdapat diorama-diorama, salah satunya peristiwa Bandar Betsi (14 Mei 1965) yang menceritakan tentang usaha PKI untuk menggagalkan rencana pemerintahan di bidang landrefrom, Pki dan organisasi massanya melancarkan aksi sepihak yakni, menguasai secara tidak syah tanah negara di beberapa tempat. Salah satunya di Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) karet IX Bandar Betsi., Pematang Siantar. Pada tanggal 14 Mei 1965, kurang lebih 200 anggota Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) menanamisecara liar tanah perkebunan karet tersebut. Pelda Sudjono yang dikaryakan di perkebunan itu sedang bertugas mengeluarkan traktor yang terperosok, dan memperingatkan massa agar menghentikan penanaman liar tersebut. Akan tetapi, peringatan itu tidak dihiraukan bahkan Pelda Sodjono dikeroyok dan dianiaya, sehingga tewas pada waktu itu juga.
Setelah Museum Penghianatan PKI, terdapat pula Museum Monumen Pancasila Sakti dengan diorama didalamnya. Selain diorama pada museum Monumen Pancasila Sakti terdapat pula Ruang Relik yang berisi barang-barang peninggalan para Pahlawan revolusi yang dikenakan pada saat beliu gugur . petikan visum dokter, peluru yang ditemukan didalam tubuhnya, tali pengikat, dan lain-lain. Diruangan ini disajikan pula Aqualung (alat bantu pernafasan), dan sebuah radio lapangan yang pernah digunakan Jenderal Soeharto pada waktu memimpin penumpasan G 30 S/PKI
Dan yang terakhir atau ketiga adalah Pameran Taman. Dalam Pemeran Taman terdapat sumur maut, tempat pembuangan jenazah beberapa orang Perwira dan Pejabat Teras TNI-AD yang dianggap sebagai lawan politik, lalu rumah-rumah bersejarah, mobil dinas, dan tugu, patung, dan relief yang terletak 45 meter sebelah utaracungkup sumur maut. Patung pahlawan Revolusi berdiri dengan latar belakang sebuah dinding setinggi 17 meter dengan hiasan patung burung Garuda Pancasila. Dinding berbentuk trapesium tersebut berdiri diatas landasan yang berukuran 17x17 m2 dengan tangga yang tingginya 7 anak tangga.
D. Tujuan di Bangunnya Monumen Pancasila Sakti
Pada saat pemberontakan G 30 S/PKI terjadi, para pahlawan Revolusi diberondong dengan tembakan secara kejam. Darah bercucuran mengalir ke lantai dari tubuh yang tak berdosa. Mereka mengorbankan jiwa raga untuk membela bangsa dan negara. Rumah mereka porak-poranda dihujani peluru pemberontakan G 30 S/PKI. Jaringan telepon diputuskan, radio, televisi, lemari, dan lain-lain barang isi rumah hancur berantakan. Pahlawan yang gugur akibat kebiadaban G 30 S/PKI dianugerahkan gelar Pahlawan Revolusi. Pangkat mereka dinaikan satu tingkat dengan tambahan Anumerta. Untuk mengenang jasa-jasa mereka dan mengingatkan kepada kita, maka pemerintah membangun sebuah Monumen , dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Panasila. Adapunn tujuan-tujuan dibangunya Monumen antara lain :
1. Untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam membela negara, bengsa, dan pancasila sampai titik darah penghabisan.
2. Membina semangat korsa dikalangan prajurit TNI
3. Monumen peringatan bagi pejuang Nasional
4. Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia Internasional
5. Agar bangsa Indonesia selalu waspada, karena komunis menyerang dari berbagai cara
6. Tempat pembelajaran sejarah, penelitian , dan inspirasi
Kamis, 03 September 2009
KTI LUBANG BUAYA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar